Minggu, 01 Juli 2012

Membuang Lemak pada Tubuh


Orang sekarang menjadi gampang sekali gemuk karena jumlah kalori yang dikonsumsi setiap hari selalu melebihi dari yang dipakai tubuh. Kelebihan itu yang disimpan menjadi lemak. Sebagian di bawah kulit menjadi gajih. Sebagian lagi di dalam jeroan tubuh. Bagaimana kita membuangnya? Berapa besar kalori segelas es krim?

Seorang ibu mengaku makan hanya dua-tiga sendok, tetapi kok tetap gemuk? Ia minum obat antigemuk macam-macam. Awalnya berhasil. Setelah obat tidak diminum, badannya melar lagi. Apa yang salah? Makan nasinya betul sedikit, tetapi camilannya banyak. Tidak dihitung berapa bungkus mi, es krim, keripik kentang, kacang goreng, dan cake. Kalau dijumlahkan, total camilan lebih besar jumlah kalorinya dibanding makan nasinya.
Yang merindukan badannya bisa kurus kembali lupa kalau sebotol teh manis atau minuman ringan lainnya ada kalorinya. Kalau suka iseng mengunyah permen, sekerat cokelat, atau sepotong keju, muatan kalorinya jangan sampai diabaikan.
Semakin gemuk, biasanya semakin gampang lapar. Selera makan bertambah untuk memenuhi kebutuhan kalori tubuh. Kecukupan kalori dihitung dari berat badan juga. Orang gemuk membutuhkan lebih banyak kalori.
Kalau gemuknya tidak mau dipelihara, menghitung kebutuhan kalori bukan dengan berat badan nyata, melainkan berat badan ideal. Sebagaimana halnya pasien kencing manis, kebutuhan kalori dihitung dengan cara itu, yakni berat badan dalam kg dibagi pangkat dua tinggi badan dalam meter. Indeksnya di antara 20-25. Kalau lebih dari 25, berarti masih kegemukan.
Tentu asupan kalori harus disesuaikan dengan aktivitas rutin harian juga. Artinya memperhitungkan kalori yang terpakai. Dan supaya berat badan berkurang, gajih harus dibakar. Caranya dengan menambah aktivitas fisik. Boleh pilih apa saja. Paling mudah dan sederhana dengan jalan kaki tergopoh-gopoh (brisk walking).
Jadi untuk menurunkan berat badan yang berlebih, dengan menghitung asupan yang lebih kecil dari berat badan nyata, dan menambah aktivitas fisik. Alhasil, kalori yang masuk lebih kecil daripada kalori yang dipakai. Akibatnya, tubuh mengambil kekurangan kalori untuk aktivitas dari kalori yang tersimpan dalam lemak tubuh. Lama-lama lemak tubuh semakin menipis, dan berat badan ideal tercapai.
Namun, mereka yang bertubuh gemuk sering lapar mata. Tuhan sudah memperlengkapi rasa lapar dan rasa kenyang. Itu berarti baru makan kalau merasa lapar, dan berhenti makan kalau sudah kenyang.
Aturan alami rasa lapar dan rasa kenyang tidak dipatuhi mereka yang bertubuh gemuk. Masih tetap terdorong untuk makan (apa saja) kendati tidak sedang merasa lapar. Melihat orang makan mi bakso, ingin mi bakso. Melihat orang jajan siomay, ingin siomay. Seperti itu yang lazim terjadi. Kendati tidak makan nasi, tetapi konsumsi di luar nasinya melebihi kalori yang terpakai, itu sebab berat badan terus saja membengkak.
Apa pun cara atau metode menguruskan badan, prinsipnya tetap mengatur kalori yang masuk harus lebih sedikit dari yang terpakai. Tergantung seberapa besar kelebihan berat badan, waktu untuk membakar lemak tubuh yang berlebih berbeda-beda pada setiap orang. Semakin tebal lemak tertimbun, semakin diperlukan waktu lebih lama untuk menipiskannya.
Untuk mengurangi kalori yang masuk dibantu dengan obat antilapar. Ada beberapa golongan obat untuk itu. Yang lama, golongan pentermin dan fenfluramine sudah ditarik karena efek sampingnya pada katup jantung. Begitu juga amphetamin yang dulu dipakai ilegal di salon-salon untuk menekan nafsu makan, kini sudah ditinggalkan. Yang ada hanya tinggal satu dua yang dinilai masih aman.
Ada juga obat yang mencegat penyerapan lemak yang kita makan. Lemaknya tidak diserap usus, sehingga langsung dibuang bersama tinja. Lemak dalam menu hanya "numpang lewat" saja. Jenis yang lain mengganggu metabolisme lemak tubuh.
Memilih cara dengan bantuan obat tidak harus mengonsumsinya terus-menerus. Obat dipakai hanya untuk membentuk (reset) pola makan yang sebelumnya tidak tepat. Setelah pola makan yang sesuai terbentuk, obat mestinya tidak diperlukan lagi. Diri sendiri yang harus bertekad dengan niat penuh untuk mempertahankan pola makan yang sudah terbentuk benar itu.
Apabila pola makan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dilanggar, tubuh akan cepat melar kembali. Masalah menurunkan berat badan lebih kepada urusan perilaku makan. Untuk itu diperlukan pula terapi perilaku (behavior therapy).
Kalau pola makan sehari saja melebihi kebutuhan tubuh, sebut saja kelebihan satu gelas es krim, berarti tubuh sudah memikul kelebihan sekitar 300 kalori. Bila kalori berlebih ini tidak langsung dibuang, akan kembali menambah tebal gajih.
Berjalan kaki tergopoh-gopoh membakar sekitar 300 kalori kalau ditempuh dalam 40 menit dengan kecepatan sekitar 6 km/jam. Utang tubuh untuk membakar kalori berlebih harus segera dilunasi dengan meningkatkan aktivitas fisik, bahkan utang sekadar ekstra teh manis, sepotong cokelat, atau permen.
Kenaikan berat badan menjadi indikator untuk mengetahui kalau yang dikonsumsi melebihi dari yang tubuh butuhkan. Sebaliknya, berat badan akan menurun apabila kalori yang dikonsumsi selalu lebih sedikit dari yang tubuh butuhkan.
Kebutuhan kalori sehari ditentukan oleh jenis pekerjaan, jenis kelamin, usia, dan aktivitas fisik. Pekerja kantor membutuhkan sekitar 2.500 kalori sehari. Atlet mungkin lebih dari 3.500 kalori. Pasien kencing manis di bawah 2.000 kalori, tergantung berat badan idealnya.
Diet orang Barat selalu kelebihan kalori karena dietnya bukan menu seimbang. Porsi lemak melebihi porsi protein dan karbohidrat. Sebut saja menu steak, Jika dihitung, dalam sepiring steak lebih banyak lemak yang berasal dari daging, mentega, dan susu dalam campuran sausnya. Karbohidrat dari kentang sangat sedikit. Begitu juga sayurnya yang hanya mengandalkan wortel dan dawn salada.
Tak heran, kalori menu harian orang Barat bisa sekitar 3.000-an kalori. Padahal, porsi lemak idealnya hanya sekitar 10 persen dari total kalori, protein sekitar 15 persen, dan selebihnya karbohidrat, layaknya menu nenek kita.
Source : www.radarbanjarmasin.com