Minggu, 01 Juli 2012

Mengapa Anak Sekarang Gembrot-Gembrot?


Anak-anak kita dalam dua dasawarsa belakangan ini memang cenderung lebih gemuk dari generasi sebelumnya lantaran menunya sudah lebih kebarat-baratan. Lebih buruk lagi, sudah diakui umum kalau menu Barat tergolong bukan menu seimbang. Lebih banyak porsi lemak daripada karbohidrat dan protein.

Menu tinggi lemak menambah besar asupan kalori tubuh. Ditambah pula dengan kecenderungan anak sekarang yang rata-rata menyukai penganan yang serba manis. Total jenderal asupan kalori harian anak melebihi kebutuhan tubuhnya. Selalu ada kalori berlebih yang harus disimpan menjadi gajih, dan itu yang menjadi penyebab kegemukan.
Bahkan, sejak usia bayi, anak sekarang sudah berisiko kegemukan. Tidak sedikit ibu yang memberikan makanan padat pertama sebelum bayi berumur 6 bulan. Padahal, sampai berumur 6 bulan bayi cukup diberi susu saja. Paling ideal jika memilih ASI, dan ASI-nya eksklusif. Baru setelah lewat umur 6 bulan, bayi mulai diberikan makanan padat pertama, yakni bubur susu. Setelah berumur 8 bulan baru mulai diberikan nasi tim, selanjutnya setelah berusia setahun mulai diberi menu orang dewasa.
Bayi yang kelewat dini diberi makanan padat akan berisiko kegemukan. Kalau normalnya bayi berumur 5 bulan berat idealnya dua kali berat lahir dan ketika berusia setahun tiga kali berat lahir, jika terlalu dini diberikan makanan padat, berat badannya akan melebihi teman sebayanya.
Sering ibu tidak tega mendengar tangisan bayi yang minta lebih banyak makan, lalu memberi biskuit atau bubur, bahkan nasi tim sebelum waktunya. Bukan saja menjadikan anak lebih gemuk dari anak seumurnya. Bayi yang kelebihan makan dan diberikan menu yang belum waktunya diberikan, berisiko memikul ancaman sejumlah penyakit nantinya. Utamanya diabetes, selain komplikasi kegemukan lainnya.
Bayi yang dari kecil sudah kegemukan, sel-selnya bukan saja lebih banyak dibanding bayi normal, melainkan juga lebih besar ukurannya. Hal itulah yang membuatnya menjadi gemuk sampai usia dewasa, dan tidak bisa dikempiskan kembali. Itu sebab, sebagian besar bayi yang gembrot akan menjadi orang dewasa yang gembrot. Kita tahu, yang sehat itu tidak gemuk, tetapi juga tidak kurus. Remaja Amerika tahun 1980-an sudah mengidap kolesterol tinggi selagi masih muda, dan itu sebab serangan jantung koroner generasi sekarang sudah muncul pada umur yang lebih muda.
Dua-tiga puluh tahun kemudian, pada orang yang mengidap kolesterol tinggi, mulai muncul penyakit jantung koroner dan atau stroke, termasuk bentuk komplikasi kegemukan lainnya. Risiko kanker, salah satu yang lainnya. Itu semua yang berakibat umur harapan hidupnya tidak sepanjang sebayanya yang tidak gemuk.
Kurangi Kalori
Anak yang dari kecil sudah gemuk, selera makannya juga lebih besar. Lama-lama memang menjadi seperti lingkaran setan. Sudah gemuk tetapi tuntutan makan berlebihnya berlangsung terus. Untuk menyetopnya tidak selalu mudah.
Apalagi pada yang umurnya masih bertumbuh, memilih berdiet ketat justru mengganggu kecukupan nutrisi tubuhnya, termasuk bila memberinya obat kurus. Berdiet dan memberinya obat tidak dianjurkan.
Yang mungkin dilakukan, berangsur-angsur mengurangi asupan kalorinya. Pilihlah menu yang lemaknya minimal, batasi yang serba manis, dan hapuskan kebiasaan mengudap camilan serta jajan.
Di lemari es tidak lagi boleh ada kue, biskuit, donat, dan camilan apa pun, dan tukar dengan buah, ubi, dan ketela rebus. Termasuk tidak boleh ada lagi jenis minuman ringan, cokelat, permen, keripik, dan gorengan apa pun.
Sambil mengurangi jenis makanan berlemak dan manis, aktivitas fisik perlu ditambah. Ajak lebih banyak berjalan kaki, berolahraga, dan tidak malas mengerjakan urusan pribadi sendiri.
Tujuannya agar kalori yang masuknya berlebih akan dihabiskan oleh kegiatan fisik yang ditambah, sehingga timbangan gizinya menjadi kembali seimbang. Kalori yang masuk sama besar dengan yang dikeluarkan.
Hal lain, ASI eksklusif harus dikampanyekan terus. Hanya anak yang diberi bukan ASI yang akan berisiko kegemukan. Anak yang diberi ASI tidak berisiko kegemukan karena formula ASI bersesuaian dengan kebutuhan gizi tubuh bayi.
Apalagi bila jadwal pemberian susu formulanya melebihi porsi. Setelah berumur 6 bulan jadwal pemberian susu dikurangi oleh jadwal pemberian makanan tambahan pertama, yakni bubur susu, biskuit, dan buah, sehingga tinggal 3-4 kali saja lagi.
Setelah berumur setahun mungkin tinggal dua kali minum susu saja. Kelebihan jadwal makan dan minum sumber penyebab kegemukan juga.
Menu Seimbang
Diet yang tepat untuk anak yang kegemukan, sama seperti anak normal lainnya, yakni menu seimbang. Menu yang porsi karbohidratnya duapertiga dari total kalori, seperlimanya dari lemak, dan sepertujuhnya dari protein. Sayur-mayur dan buah sedikitnya empat porsi.
Selain itu, di meja makan rumah memilih menu alami yang diolah sendiri, bukan menu olahan, apalagi jenis menu siap saji atau menu "ampas" junkfood. Selain bukan menu seimbang, bukan menu rumah banyak dibubuhi zat adiktif yang semuanya tidak menyehatkan.
Selain bikin kegemukan, pencetus kanker (kasninogenik), menu restoran juga merusak lidah anak. Bila terbiasa mengonsumsi menu restoran, anak menjadi tidak menyukai menu rumah lagi karena cenderung sudah mencintai menu gurih (sebab lemaknya berlebih), yang lebih sedap (sebab diberi bumbu penyedap lebih banyak), dan spicy (beraneka bumbu tambahan, banyak memakai minyak goreng, kaldu, gajih, jeroan).
Ubahlah kembali ke menu rumah. Biarkan anak mengendalikan makannya secara alami. Hanya makan apabila muncul rasa lapar saja, dan tidak mengumbar makan kapan saja setiap kali melihat makanan enak (lapar mata). Untuk itu perilaku makan perlu disetel ulang (re-set) menjadi hanya makan kalau sedang merasa lapar saja, dan tidak makan kendati sedang tidak merasa lapar.
Ajarkan kepada anak pandai memilih mana menu yang sehat dan mana yang jahat. Semua yang gurih pasti jahat lantaran kaya kandungan lemak. Belum tentu menu yang tinggi harganya, yang lebih mahal, tentu lebih bergizi dan menyehatkan. Justru menu yang sederhana, yang masih segar dan bukan barang impor, itulah yang lebih menyehatkan.
Pola makan tetap tiga kali, tetapi porsi karbohidratnya (nasi, roti, mi, kentang) dikurangi. Begitu juga menu berlemaknya. Pilihlah lemak tidak jenuh (minyak zaitun, minyak jagung), dan tukar protein daging dengan protein dari ikan dan unggas (ayam kampung). Minumlah jenis susu rendah lemak (susu skim), mengganti camilan dengan buah, dan menambah porsi sayur-mayur dan buah menjadi sedikitnya empat kali sehari.
Menu yang sehat cenderung tidak digoreng melainkan dikukus (tim) atau dipepes. Latihlah anak agar berhenti makan sebelum kenyang. Setiap kali merasa lapar tetapi belum waktunya jam makan, "sumpal" dengan ketela, kentang rebus, atau buah.
Sumber : Gayahidupsehatonline.com